Belajar Gitar, Kunci Gitar, Melodi Gitar paling lengkap ada di sini

...

10 Alat Musik Khas Nusa Tenggara Timur, Mengenal Kekayaan Budaya

Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan kekayaan budaya yang sangat beragam, salah satunya adalah alat musik tradisional. Alat musik NTT mencerminkan kristalisasi budaya masyarakat setempat yang terus berkembang dan dikenal luas, baik di dalam negeri maupun mancanegara.

Sasando, alat musik khas NTT yang sangat terkenal, tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi juga di dunia internasional. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipetik menggunakan kedua tangan, mirip dengan harpa. Dilansir dari laman resmi Kementerian Pariwisata RI, Sasando memiliki jumlah senar yang bervariasi, mulai dari 28 hingga 58 senar. Terbuat dari bambu sebagai resonator, Sasando dikelilingi oleh bantalan kayu untuk menahan senar.

10 Alat Musik Khas Nusa Tenggara Timur, Mengenal Kekayaan Budaya
 

Alat Musik Khas Nusa Tenggara Timur

Berikut adalah beberapa alat musik tradisional NTT lainnya yang tak kalah eksotis dan unik:

Knobe Oh

Knobe Oh adalah alat musik tradisional NTT yang terbuat dari kulit bambu. Menurut situs resmi Kementerian Pariwisata, alat musik ini memiliki panjang sekitar 12,5 cm dan bagian tengahnya dipotong menjadi celah yang halus, membentuk lidah yang berfungsi sebagai vibrator. Ketika pangkal ujungnya ditarik dengan untaian tali, Knobe Oh menghasilkan suara bergema melalui rongga mulut, menciptakan nada yang unik dan khas.

Sowito

Sowito adalah alat musik tradisional yang terbuat dari potongan bambu yang dicungkil kulitnya sepanjang 2 cm, kemudian ditopang oleh batang kayu kecil. Berdasarkan penelitian dari Universitas Nusa Cendana, Sowito dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tongkat atau batang kayu seukuran jari sepanjang kurang dari 30 cm. Setiap ruas bambu menghasilkan not musik (satu nada), dan alat musik ini dibuat dalam beberapa bagian sesuai kebutuhan dalam seni musik tradisional.

Prere

Prere adalah alat musik tradisional NTT yang dapat menghasilkan nada dasar seperti do dan re. Merujuk dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prere terbuat dari seruas bambu kecil seukuran pensil dengan panjang sekitar 15 cm. Bagian bawah bambu dibiarkan tertutup, sedangkan bagian atas dibelah dan dibuat terbuka sebagai tempat tiup. Udara keluar melalui belahan di bagian bawah, yang dililit daun pandan menyerupai corong terompet, meningkatkan volume suara. Prere biasanya dimainkan untuk hiburan pribadi atau sebagai pengiring pencak silat, permainan khas NTT.

Sasando

Sasando merupakan salah satu alat musik daerah NTT yang sangat terkenal, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia internasional. Sasando adalah alat musik petik yang dimainkan dengan cara dipetik menggunakan kedua tangan, mirip dengan harpa. Dilansir dari laman resmi Kementerian Pariwisata RI, Sasando memiliki jumlah senar yang bervariasi, mulai dari 28 hingga 58 senar. Terbuat dari bambu sebagai resonator, Sasando dikelilingi oleh bantalan kayu untuk menahan senar.

Heo

Heo adalah alat musik petik tradisional yang berasal dari daratan Pulau Timor, khususnya khas masyarakat Suku Dawan Timor, Nusa Tenggara Timur. Meskipun alat musik ini terbuat dari kayu, alat penggeseknya terbuat dari ekor kuda yang diikat pada kayu berbentuk busur. Berdasarkan data dari Universitas Nusa Cendana, Heo memiliki empat senar yang masing-masing mempunyai nama dan nada tersendiri:

Dawai 1 (tain mone): berarti "tali laki-laki", bernada "sol".
Dawai 2 (tain apa): berarti "tali anak" (kecil), bernada "re".
Dawai 3 (tain feto): berarti "tali perempuan", bernada "la".
Dawai 4 (tain ena): berarti "tali induk", bernada "do".

Alat musik Heo sering digunakan dalam upacara adat dan ritual keagamaan, menambah kesan sakral dan magis dalam setiap acara. Menurut Dr. Maria Imelda dari Universitas Negeri Jakarta, Heo memiliki peran penting dalam menjaga tradisi musik dan budaya masyarakat Timor.

Knobe Khabetas

Knobe Khabetas adalah alat musik tiup tradisional masyarakat Dawan yang berbentuk seperti busur panah, dengan tali pengikat seperti tali busur. Menurut penelitian dari Universitas Nusa Cendana, memainkan Knobe Khabetas dilakukan dengan meniup salah satu ujung busur sambil menggetarkan tali busurnya. Alat musik ini sering dimainkan saat bercocok tanam atau menggembala ternak. Selain digunakan untuk hiburan pribadi, Knobe Khabetas juga sering hadir dalam berbagai upacara adat.

Foy Pay

Foy Pay adalah salah satu alat musik tradisional NTT yang hampir identik dengan Foy Doa, keduanya merupakan seruling tradisional. Dilansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Foy Pay awalnya berfungsi sebagai pengiring lagu tandak, namun kini sering dipentaskan bersama Foy Doa dalam berbagai acara adat dan hiburan. Foy Pay menghasilkan nada-nada do, re, mi, fa, dan sol, memberikan harmonisasi yang khas dalam musik tradisional.

Foy Doa

Foy Doa adalah alat musik tradisional dalam kategori aerofon yang dimainkan dengan cara ditiup. Berdasarkan data dari Universitas Indonesia, alat musik ini sering dimainkan oleh remaja, baik laki-laki maupun perempuan, untuk menyampaikan lagu-lagu berisi nasihat atau tentang kehidupan. Foy Doa tidak hanya digunakan dalam konteks hiburan tetapi juga memiliki peran penting dalam menjaga tradisi musik dan budaya masyarakat setempat.

Gong

Gong adalah salah satu alat musik penting di NTT, terutama di daerah Manggarai dan Flores. Berdasarkan data dari Universitas Indonesia, gong digunakan dalam upacara adat seperti upacara kematian atau pesta perkawinan. Suara gong memiliki makna simbolis dan mengisi ruang dengan getaran mistis, menciptakan suasana yang khidmat dan sakral.

Rebab

Rebab adalah alat musik dawai tradisional yang sering dimainkan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk NTT. Menurut Dr. Maria Imelda dari Universitas Negeri Jakarta, rebab terbuat dari kayu dengan senar yang terbuat dari tali dawai. Suara yang dihasilkan oleh rebab memberikan nuansa yang mendalam dan mengiringi tarian-tarian tradisional, menambah keindahan dan kekayaan seni pertunjukan.

Dengan mengenal dan memahami berbagai alat musik tradisional dari NTT, kita bisa lebih menghargai kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Alat musik seperti Knobe Oh, Sowito, Prere, Gong, dan Rebab tidak hanya menjadi identitas budaya lokal tetapi juga berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan generasi muda dengan warisan nenek moyang mereka. Menurut Dr. Maria Imelda dari Universitas Negeri Jakarta, pentingnya melestarikan alat musik tradisional ini tidak hanya untuk menjaga keanekaragaman budaya tetapi juga untuk menginspirasi kreativitas generasi mendatang.

Back To Top type='text/javascript'/>