Belajar Gitar, Kunci Gitar, Melodi Gitar paling lengkap ada di sini

...

Mengenal 10 Alat Musik Tradisional Sulawesi Tenggara, Keunikan dan Warisan Budaya

Sulawesi Tenggara dengan ibu kota Kendari adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tenggara pulau Sulawesi. Secara geografis, Sulawesi Tenggara terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, tepatnya antara 02°45′ – 06°15′ Lintang Selatan dan 120°45′ – 124°30′ Bujur Timur. Provinsi ini memiliki wilayah daratan seluas 38.140 km² dan wilayah perairan seluas 110.000 km².

Selain keindahan alamnya, Sulawesi Tenggara juga memiliki warisan budaya yang kaya, terutama dalam hal alat musik tradisional. Setiap alat musik memiliki sejarah dan keunikan tersendiri yang mencerminkan budaya dan tradisi masyarakat setempat.

Mengenal 10 Alat Musik Tradisional Sulawesi Tenggara, Keunikan dan Warisan Budaya

Alat Musik Tradisional Sulawesi Tenggara

Berikut adalah beberapa alat musik tradisional dari Sulawesi Tenggara yang perlu kalian ketahui:

Baasi

Baasi adalah alat musik tradisional Sulawesi Tenggara yang terbuat dari 10 buah bambu dan rotan. Dilansir dari laman resmi Kementerian Pariwisata, baasi dimainkan pada saat pertunjukan sebagai pengiring lagu daerah dan nusantara. Pada bagian pangkalnya, 10 buah bambu ini memiliki panjang yang berbeda-beda dengan setiap lubang, sehingga menghasilkan nada yang berbeda-beda. Baasi sering digunakan sebagai pengiring nyanyian lagu-lagu daerah atau tarian daerah, menambah kekayaan musikal pertunjukan tradisional.

Dimba Nggowuna atau Gendang Bambu

Dimba Nggowuna adalah alat musik yang terbuat dari bambu dan rotan, dimainkan oleh kaum wanita sebagai alat hiburan ketika selesai membuat tenunan atau saat bekerja. Menurut penelitian dari Universitas Halu Oleo, pada zaman Neolitikum, dimba nggowuna dipercaya memiliki ukuran sekitar 40 hingga 45 cm. Alat musik ini, yang dulu digunakan oleh Suku Tolaki, telah tergantikan dengan alat musik modern, namun tetap memiliki nilai historis dan budaya yang penting.

Kanda Wuta

Alat Musik Tradisional Sulawesi Tenggara

Kanda Wuta adalah alat musik yang terbuat dari kayu, tanah liat, rotan, dan pelepah sagu. Merujuk dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kanda wuta dimainkan selama tiga malam berturut-turut pada malam pertama ketika terbit empat bulan di langit (Malemba), malam kedua ketika terbit lima belas bulan di langit (Mata Omehe), dan malam ketiga ketika terbit enam belas bulan di langit (Tombara Omehe). Alat musik ini juga digunakan sebagai pengiring khusus tarian lulo ngganda setelah masa panen, menambah keunikan dan kekayaan budaya pertunjukan tradisional.

Ladolado

Ladolado adalah alat musik tradisional Sulawesi Tenggara yang dimainkan dengan cara dipetik. Menurut penelitian dari Universitas Halu Oleo, ladolado terbuat dari kayu atau bambu yang dibentuk menyerupai gitar, namun juga mirip dengan gambus. Bentuknya yang unik membuatnya terlihat sedikit sulit dimainkan, namun menghasilkan nada yang khas dan indah.

Ore-Ore Nggae

Ore-Ore Nggae adalah alat musik yang terbuat dari bambu dan rotan. Dilansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, alat musik ini memiliki kayu kecil yang terletak di antara dawai dan badannya. Bentuknya menyerupai gendang mini dan dimainkan dengan dua tangan. Posisi pemain saat memainkan alat musik ini adalah sambil duduk dengan posisi miring. Tangan kanan menepak dan memetik, sementara tangan kiri menutup lubang suara. Alat musik ini sering digunakan sebagai ungkapan perasaan seorang gadis kepada pria yang disukainya.

Ore-Ore Mbondu

Ore-Ore Mbondu adalah alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup. Menurut penelitian dari Universitas Indonesia, alat musik ini terbuat dari tulang yang dilubangi dan ditambah tembaga, sehingga keberadaannya kini sulit ditemukan. Ore-Ore Mbondu dimainkan oleh kaum pria saat bekerja di sawah atau masa panen, seringkali bersama dengan alat musik lain seperti baasi dan gendang untuk menambah kemeriahan suasana.

Seruling Bambu

Alat Musik Tradisional Sulawesi Tenggara

Seruling Bambu adalah alat musik tradisional Sulawesi Tenggara yang memiliki banyak jenis. Merujuk dari laman Kementerian Pariwisata, ada seruling berukuran sedang, kecil, atau besar, dengan beberapa menggunakan dua ruas bambu berukuran cukup besar. Seruling bambu ini menghasilkan melodi yang lembut dan sering digunakan dalam berbagai upacara adat dan hiburan.

Gambus

Gambus adalah alat musik tradisional Sulawesi Tenggara yang bentuknya menyerupai Mandolin dan memiliki hingga 3 senar. Menurut sejarah yang dilansir dari Kementerian Pariwisata, asal mula alat musik ini dari Timur Tengah, masuk ke Indonesia melalui penyebaran agama Islam. Seiring perkembangan zaman, gambus kini dimainkan untuk melantunkan lagu-lagu berbahasa Arab dan Melayu, menambah kekayaan musikal dalam berbagai pertunjukan tradisional.

Kecapi

Alat Musik Tradisional Sulawesi Tenggara

Kecapi adalah alat musik yang dimainkan sebagai pengiring tarian dan lagu-lagu daerah. Berdasarkan data dari Universitas Indonesia, kecapi memiliki bentuk yang hampir menyerupai perahu dengan dua senar, terbuat dari kayu dan senar. Alat musik ini memiliki nilai seni yang tinggi dan merupakan bagian penting dari budaya dan identitas Sulawesi Tenggara.

Penutup

Alat musik tradisional Sulawesi Tenggara tidak hanya memiliki nilai seni yang tinggi, tetapi juga merupakan bagian penting dari budaya dan identitas daerah tersebut. Dengan mempelajari, melestarikan, dan mempromosikan alat musik tradisional ini, kita dapat menjaga kekayaan budaya Sulawesi Tenggara dan mewariskannya kepada generasi mendatang. Menurut Dr. Maria Imelda dari Universitas Negeri Jakarta, pentingnya melestarikan alat musik tradisional ini tidak hanya untuk menjaga keanekaragaman budaya tetapi juga untuk menginspirasi kreativitas generasi mendatang.

Demikian pembahasan mengenai alat musik Sulawesi Tenggara yang perlu kita jaga dan lestarikan keberadaannya. Semoga bermanfaat!

Back To Top type='text/javascript'/>