Belajar Gitar, Kunci Gitar, Melodi Gitar paling lengkap ada di sini

...

Mengenal 14 Alat Musik Tradisional Sumatra, Kaya akan Peninggalan Budaya

Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki keanekaragaman budaya yang terwujud dalam berbagai bentuk seni dan adat, salah satunya adalah alat musik tradisional dari Sumatera. Pulau terbesar di Indonesia ini, terbagi dalam beberapa provinsi yang masing-masing memiliki ciri khas budaya dan instrumen musiknya.

Sumatera Utara kaya akan peninggalan budaya, menampilkan keunikan instrumen musikalnya yang tidak hanya berperan dalam upacara adat tetapi juga sebagai pengiring kegiatan sehari-hari.

Artikel ini membawa kita lebih dekat dengan warisan musikal Sumatera Utara, menunjukkan keragaman dan kekayaan budaya yang disampaikan melalui alat musik tradisionalnya. Ini merupakan bagian penting dari identitas dan tradisi yang terus dilestarikan dari generasi ke generasi.

15 Alat Musik Tradisional Sumatra

Gonrang 

Sebagai representasi gendang dalam budaya Simalungun, Gonrang terbuat dari kayu berkualitas dengan bagian tengah yang kosong dan sisi yang dilapisi kulit lembu kering. Menurut data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Gonrang biasanya dimainkan bersama dengan instrumen tradisional lain dari Simalungun dalam ensemble yang harmonis.

Faritia 

Mirip dengan gong namun berukuran lebih kecil, Faritia adalah instrumen khas Sumatera Utara dengan diameter antara 20 cm dan 30 cm dan ketebalan hingga 4 cm. Dilansir dari laman resmi Dinas Kebudayaan Sumatera Utara, Faritia dimainkan dengan kayu simalambou dan menghasilkan suara yang sangat khas, termasuk dalam kategori idiophone.

Gordang – Instrumen ini adalah bagian penting dari ensemble musik masyarakat Batak Toba. Menurut penelitian dari Universitas Sumatera, Gordang berfungsi sebagai pembawa ritme konstan dan variabel dalam ensemble, sering disebut sebagai bass dari ensambel gondang sabagunan.

Hapetan / Hasapi – Berbentuk mirip kecapi, instrumen ini dikenal luas di Sumatera Utara dan daerah Tapanuli. Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata, Hapetan atau Hasapi dimainkan dengan cara dipetik dan merupakan jenis alat musik dawai.

Ole Ole – Meskipun jarang dimainkan dalam pertunjukan besar, Ole Ole adalah instrumen unik yang terbuat dari batang tanaman padi. Masyarakat setempat menambahkan lilitan daun kelapa untuk memperkuat suaranya, menurut studi dari Universitas Sumatera.

Gendang Singanaki – Instrumen ini mirip dengan Panggora, gong berukuran besar dengan diameter hingga 36 cm. Terbuat dari kuningan, besi, atau perunggu, suaranya nyaring dan keras, biasanya dimainkan hanya dalam acara tertentu, sebagaimana dilaporkan oleh Dinas Kebudayaan Sumatera Utara.

Gendang Singanaki – Instrumen khas Batak Karo ini terdiri dari dua bagian: penganaki dan anak gendang yang disebut gerantung atau enek-enek. Berdasarkan laporan dari Dinas Pariwisata Sumatera Utara, Gendang Singanaki terbuat dari kayu dan kulit binatang dan dimainkan dengan alat pemukul, menghasilkan ritme yang penting dalam ensambel musik gendang lima sendalanen, sering dimainkan dalam upacara adat religi dan pesta.

Gendang Sisibah / Pakpak – Ini adalah seperangkat alat musik yang terdiri dari sembilan buah gendang dan dimainkan oleh delapan hingga sembilan orang. Pada tahun 2016, Gendang Sisibah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, menurut informasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Instrumen ini dimainkan dengan cara dipukul, menghasilkan ritme yang kompleks dan dinamis.

Sarune Bolon – Alat musik ini berasal dari Batak Toba dan termasuk dalam kelompok aerophone. Dilansir dari Universitas Sumatera, Sarune Bolon memiliki lima lobang nada, dimainkan dengan cara ditiup, sering digunakan dalam berbagai upacara adat dan fungsi sosial di komunitas Batak.

Taganing – Sebagai instrumen tradisional dari Batak Toba, Taganing memainkan peran penting dalam membawa melodi dan ritme variabel dalam musik. Berasal dari kelompok membranophone, Taganing dimainkan dengan memukul membrannya menggunakan stik, sering terlihat dalam ensambel musik Batak.

Odap – Terakhir dalam seri ini adalah Odap, alat musik dari Batak Toba yang berbentuk gendang dua sisi. Berperan sebagai pembawa ritme variabel, Odap dimainkan dalam gondang sabangunan dan sering terlihat saat pawai. Cara memainkannya unik; bagian gendang dijepit dengan kaki dan dipukul dengan alat pukul, menghasilkan suara khas 'dap dap'. Informasi ini berasal dari observasi oleh Dinas Kebudayaan Sumatera Utara.

Seri eksplorasi alat musik tradisional dari Sumatera Utara ini menunjukkan betapa kaya dan beragamnya warisan musikal di wilayah ini. Dari Faritia hingga Odap, setiap instrumen memainkan peran penting dalam mempertahankan dan merayakan identitas budaya melalui musik. 

Doli Doli
Doli Doli, alat musik yang berasal dari Nias, menjadi salah satu contoh kekayaan musik tradisional di wilayah ini. Menurut sebuah studi oleh Universitas Sumatera, Doli Doli mirip dengan kolintang namun memiliki ukuran lebih kecil dan bilah kayu yang lebih sedikit.

Untuk memainkan Doli Doli, kalian memerlukan dua batang kayu sebagai pemukul. Teknik pemukulan ini, berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Sumatera Utara, tidak hanya menghasilkan ritme tetapi juga melambangkan harmonisasi kehidupan masyarakat setempat. Alat musik ini sering dimainkan dalam berbagai acara adat dan telah menjadi simbol kekayaan budaya Sumatera Utara.

Aramba – berasal dari Suku Nias, Sumatera Utara, dan memiliki asal-usul yang menarik. Menurut penelitian dari Universitas Nias, Aramba awalnya adalah kerajinan dari Jawa yang dibawa ke Nias melalui barter. Alat musik ini, terbuat dari campuran tembaga, kuningan, suasa, dan nikel, memainkan peran penting dalam upacara perkawinan di Nias. Aramba dimainkan oleh satu orang dengan pemukul khusus, menghasilkan pola irama yang unik.

Druri Dana – Ini adalah instrumen yang terbuat dari bambu, berbentuk mirip garpu tala. Druri Dana memainkan peran sebagai instrumen harmonis di Sumatera Utara. Cara memainkannya, yang melibatkan pemukulan atau penggoyangan, mirip dengan angklung, menunjukkan keunikan dalam pembuatan musik tradisional, dilansir dari laman resmi Dinas Kebudayaan Sumatera.

Garantung – Dikenal juga sebagai Garattung, instrumen ini adalah bagian dari kebudayaan Batak Toba. Berdasarkan informasi dari Universitas Sumatera Utara, Garantung terbuat dari kayu dengan lima bilah nada dan termasuk dalam keluarga xylophone. Alat ini dimainkan dengan dua stik, dimana tangan kiri bertugas membawa melodi dan ritme.

Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa alat musik tradisional Sumatera Utara tidak hanya sebagai alat musik, tetapi juga sebagai alat pemersatu komunitas dan penghubung dengan leluhur. Ini membuktikan bahwa musik adalah bagian integral dari kehidupan dan budaya di Sumatera Utara.

Back To Top type='text/javascript'/>