Mengikuti jejak sang maestro gitar dunia - Bila kita jalan-jalan di toko buku, sering kita jumpai buku-buku gitar yang berisi tentang bagaimana menjadi hebat bermain gitar dalam waktu yang singkat atau tema-tema lain yang merujuk pada nama-nama maestro gitar dunia. Dukungan cover serta isi dari buku yang terkadang di buat sesimpel mungkin dengan tujuan agar kita mudah memahaminya. Hal ini tentu sangat menggiurkan sekali, terlebih bagi kaum awam yang ingin belajar bermain gitar.
Masalah selanjutnya yang sering terjadi adalah masih banyak
yang tetap mengalami kebuntuan dalam latihannya sehingga mudah berputus asa.
Buku yang tadinya di desain sederhana dan mudah dipahami ternyata malah membuat
kita menjadi bosan. Misalnya Anda disuruh melakukan
pemanasan minimal 5 menit. Tentu saja bagi yang belum terbiasa melakukan hal ini
akan merasa cepat bosan dan langsung memasuki bagian selanjutnya.
Apa yang terjadi selanjutnya?
Ada faktor penghubung yang lambat laun menjadi terabaikan dan
terlupakan. Tentu saja hal ini akan membawa dampak bagi Anda di kemudian hari. Lalu bagaimana caranya agar tidak cepat menyerah? Caranya tinggalkan dulu pikiran tentang hal-hal lain di luar, yang ada hanya Anda dan gitar. “Don’t lose focus!” seperti syair dari lagu Inception of The End (Trivium).
Faktor bahasa yang sederhana, seringkali juga membuat orang
melakukan hal singkat, sesingkat tulisannya. Kesalahan pada bagian yang sederhana inilah
nantinya dapat muncul menjadi kesalahan besar. Contohnya dalam latihan, Anda dianjurkan menggunakan metronome. Kenapa berlatih teknik gitar dengan metronome? Hal ini tentu saja sangat sederhana sekali. Kenyataannya
kita terkadang mengabaikan hal ini karena ingin cepat bisa dengan cara yang lebih instan. Ini sama hal nya dengan membangun rumah yang kokoh di atas pondasi yang kuat. Begitu juga seharusnya kita membangun diri kita.
Tentu saja menjadi seorang maestro tidaklah semudah membalikkan telapak
tangan. Seorang maestro butuh dedikasi yang tinggi, semangat pantang menyerah
dan jam terbang yang tinggi. Mereka juga pernah mengalami kondisi jatuh bangun
dan melewati pengalaman-pengalaman pahit sebelum menjadi maestro seperti
sekarang. Misalnya Yngwie yang pernah mengalami kecelakaan mobil yang sempat
membuatnya berhenti bermain gitar sesaat tetapi berjuang keras dengan mengkuti terapi agar karirnya tidak berhenti atau Jason Becker dengan
semangatnya yang tinggi tetap berkarya dalam keterbatasannya. Mereka adalah maestro gitar yang akan selalu dikenang karena kegigihannya.
Jalan menjadi seorang maestro bukan ditempuh melewati jalan
pintas. Sekali lagi, jalannya penuh dengan rintangan dan tantangan. Sekalipun mereka punya trik-trik khusus tetapi bukan melalui proses
yang instan. Valentino Rossi juga tidak akan pernah dikenang sebagai maestro motor GP kalau hanya balapan di trek lurus saja.
Semua buku-buku panduan itu tidak akan berarti apa-apa tanpa Anda
menjalani semua prosesnya dengan benar. Ikuti tahap demi tahapnya dengan teliti
maka kita sudah mengikuti jejak para maestro. Ingat kata kuncinya untuk tetap
perhatikan hal-hal yang sederhana, fokus dan berlatihlah terus dan terus. Anda dapat menerapkan poleh berlatih serperti kata maestro gitar muda kita Imron “Jangan pernah mematikan ampli Anda hari itu
sebelum kau menemukan teknik baru”. Jadi Keep practice ! Dengan melakukan hal itu, suatu saat andalah maestro gitar berikutnya.
Nah, sekian dulu ulasan saya kali ini. Tentu saja masih banyak cara-cara lain yang dilakukan para maestro sehingga mereka mencapai levelnya saat ini. Terimakasih sudah membaca tulisan Mengikuti jejak sang maestro gitar dunia saya kali ini. Semoga bermanfaat . Untuk para pembaca, jika ada
kritik atau saran, jangan ragu untuk meninggalkan komentar. Terimakasih
karena sudah membaca dan berkunjung ke blog saya.
Baca juga : 11 tips agar tidak bosan bermain gitar