Belajar Gitar, Kunci Gitar, Melodi Gitar paling lengkap ada di sini

...

25 Tahun ! Kisah Perjalanan Panjang Bermain Gitar

25 Tahun ! Kisah Perjalanan Panjang Bermain Gitar


Bulan ini adalah bulan yang membahagiakan buat saya karena merayakan ulang tahun yang ke-25. Tanggalnya rahasia karena saya tidak ingin merayakan ulang tahun. Ini saya lakukan demi menghormati jasa ibu saya yang telah berjuang antara hidup dan mati waktu melahirkan saya. Jadi tidak ada pesta, bahkan minim ucapan. Malah sekarang saya akan memberikan hadiah ini kepada teman-teman sebagai ungkapan syukur walaupun bentuknya hanya berupa tulisan. Memasuki masa 25 tahun ini saya akan sedikit banyak mereview kembali perjalanan panjang saya dalam belajar dan bermain gitar. Saya tidak ingat tanggal pasti kapan saya mulai bermain gitar karena saya tidak berpikir akan selalu merayakannya setiap tahun. Mungkin cerita ini akan sedikit panjang, jadi pastikan teman-teman sambil menyediakan sebatang rokok atau secangkir kopi. ^_^

Awal Ketertarikan Bermain Gitar

Ketertarikan saya pada dunia gitar sudah sejak lama. Mungkin waktu itu saya masih SD. Saya waktu itu sangat kagum dengan abang sepupu saya yang bisa memainkan melodi "Gerimis Mengundang" dengan menggunakan gitar plastik yang biasa di jual mamang penjual mainan. Namanya anak kecil, tertarik ya hanya sebentar, satu dua hari juga bosan. Tapi saya tetap senang melihat mereka bermain gitar walaupun saya tidak berniat untuk belajar. Rasanya dulu tidak pernah saya bilang ingin belajar gitar atau minta diajarin main gitar. Sekedar melihat dan ikut nimbrung kalau mereka lagi bermain gitar. By the way, itu juga kalau saya pulang ke kampung bapak saya.

Di akhir kelas IX

Saya benar-benar mulai bermain gitar ketika membeli gitar pertama saya sewaktu kelas IX berarti kira-kira 10 tahunan yang lalu. Mulai saat itulah tiada hari tanpa gitar. Tapi karena belajar sendiri jadi lagu pun cuma sebatas lagu yang mudah-mudah saya, misalnya lagu anak-anak seperti Gelang Sepatu Gelang, Balonku Ada Lima, dan beberapa lagu gereja itu pun dengan progresi chord yang sederhana. Waktu itu saya tidak mengerti banyak kunci gitar, sehingga progresinya itu-itu aja. Misalnya kalau dari kunci C ya kalau tidak G ya ke F. Jadi betul-betul kuncinya sangat sederhana dan hanya belajar kunci dasar selama kurang lebih 6 bulanan. Tapi waktu itu saya belajar semua progresi dengan berlatih menggunakan nada-nada overtune, jadi misalnya kunci dasarnya C nanti dinaikkan ke D, ke E, ke F, Ke G, ke A, ke B, dst. Jadi mungkin karena itu juga secara tidak langsung saya belajar progresi kunci-kunci gitar dan belajar menyesuaikan suara vokal dan gitar, padahal saya tidak belajar teori gitar sama sekali.

6 Bulan di Seminari Menengah

Setelah selesai dari SMP saya melanjutkan ke Seminari. Di seminari mungkin bisa dibilang tahap awal perkembangan bermain gitar saya. Di sini saya merasakan kemajuan yang sangat signifikan karena saya mulai belajar melodi dan membentuk band untuk pertama kalinya. Meledaknya album Peterpan di pasaran ikut menyumbang pengaruh yang besar dalam saya belajar gitar, terutama belajar melodi. Dengan bimbingan para teman dan senior, sedikit demi sedikit belajar melodi walaupun sebenarnya kalau diingat-ingat sekarang banyak nada yang kurang pas, tapi karena waktu itu belum tahu apa-apa dan kuping belum terlatih, jadi ya terima-terima saja. Mungkin masa-masa itu ibarat menemukan harta karun ditunjang dengan lingkungan yang mendukung. Saya juga sempat ingin belajar organ dan drum, sedangkan gitar bass tidak begitu menarik buat saya karena pada dasarnya gitar bass adalah gitar yang bersenar empat. Di sini saya juga bertemu banyak teman-teman yang mempunyai bakat alam, bahkan dengar-dengar waktu itu banyak teman-teman masuk seminari karena fasilitas musik dan ingin belajar musik di sana. Sayangnya, saya hanya bertahan 7 bulanan saja.
Kalau ada teman-teman yang belum tahu seminari itu apa, seminari adalah sekolah untuk calon-calon pastor. Saya waktu itu di seminari menengah ya setingkat SMA

Masa SMA setelah keluar dari seminari

Ketika masih di seminari saya pernah menyatakan bahwa mungkin kalau para senior itu angkat tamat saya tidak akan bisa belajar gitar lagi. Tapi ternyata setelah keluar dari seminari itulah saya akhirnya berusaha sendiri untuk berlatih dan mendapatkan feeling bermain gitar. Keluar dari seminari, saya masuk asrama yang kebetulan juga ada teman yang bisa diajak ngejam bareng, walaupun seringkali mereka ngejam lagu dangdut. Dalam hati, saya mengakui bahwa mereka lebih jago, ya bisa kalian bayangkan lagu dangdut juga jarang ada yang buat tabulature gitarnya. Jadi melodi-melodi yang berhasil mereka ikuti berarti adalah hasil dari perpaduan feeling yang kuat dan bakat alam. Nah, jika sebelumnya saya hanya sekedar gitaris pengiring, masa-masa inilah saya mulai menjadi gitaris melodi alias lead guitar. Pekerjaan Rumah saya bertambah, karena saya harus belajar mencari melodi-melodi sendiri tanpa bantuan orang lain seperti ketika saya berada di seminari. Pengalaman yang paling berkesan buat saya adalah mencari melodi atau ngulik lagu Peterpan di album Hari yang Cerah... Saya harus memasang kuping dan memutar berulang-ulang tape besar karena waktu itu tidak ada mp3 player jadi ya modalnya tape. Ya bisa kalian bayangkan bagaimana kira-kira rasanya. Saya rasa inilah momen saya melatih pendengaran, merekamnya di otak lalu mencoba menerapkannya pada gitar.

Tahun pertama masuk kuliah

Kesan berbeda terasa ketika pertama saya masuk di Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta adalah masa orientasinya. Kalau biasanya di Universitas lain sarat akan praktik perploncoan terhadap mahasiswa baru, di Sadhar (singk Sanata Dharma) MABA (Mahasiswa Baru) diajak bergoyang dengan jingle yang memadukan nuansa musik etnis Jawa dan modern (band). Ternyata konsep yang seperti ini dan tidak pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya. Sejak saat itu saya selalu ingin memadukan nuansa etnis dan modern walaupun belakangan saya angkat topi buat Balawan & Batuan Ethnic Fusion nya. Loncatan terbesar saya pada masa ini adalah mengenal internet khususnya Youtube karena saya tidak pernah bersentuhan dengan hal ini sebelumnya. Jadi metode belajar saya pun berubah, dari sekedar mendengarkan sekarang dimudahkan dengan metode visual lewat video.

Pengalaman tak terlupakan 

Mendapatkan gitar elektrik pertama kalinya

Mungkin gebrakan yang menurut saya merubah total cara bermain gitar saya adalah setelah membeli gitar baru. Jika sebelumnya hanya mengandalkan gitar akustik tentu ada keterbatasan untuk belajar melodi dan kecepatan tangan. Tapi begitu memiliki gitar elektrik saya merasa seakan-akan membuka lembaran baru dalam belajar gitar. Bukan karena saya bosan bermain gitar akustik hanya saya mungkin saya punya target baru dalam bermain gitar. Gitar pertama saya bukanlah gitar berkelas dan mahal, saya hanya membelinya dengan harga 200ribu rupiah. Kualitasnya jangan ditanya, pasti standarlah. Prinsip saya yang penting saya bisa mengembangkan skill permainan gitar dan mungkin bisa dibilang ini adalah kesalahan sehingga saya tidak begitu peka dengan yang namanya alat. Saat itulah saya mulai belajar berbagai macam teknik gitar, mulai dari yang dasar sampai yang susah dan tidak bisa saya ikuti.


Dari gitar klassik sampai metal

Inilah menurut saya keuntungan kalau kita belajar otodidak, kita bebas untuk belajar apa saja. Walaupun sebatas belajar dasar-dasarnya. Saya bukan orang yang fanatik dengan aliran musik tertentu apalagi ketika saya belajar gitar. Untuk pertama kalinya saya bermain gitar akustik nilon, saya belajar lagu-lagu klasik. Lagu klasik pertama yang saya pelajari adalah "Minuet in G by J.S.Bach". Saya belajar lagu ini melalui software guitar pro. Karena saya orangnya mudah bosan, saya belajar lagi lagu-lagu metal dan sempat membentuk band metal. Tapi karena saya bukan gitaris peniru yang baik, jadi saya membuat aransemen sendiri di guitar pro. Bagi saya mungkin di sinilah saya mengasah kemampuan saya untuk membuat aransemen di guitar pro. Lagu-lagu metal yang sering saya kulik adalah lagu-lagu Trivium.




Biarpun saya bermain genre metal, bukan berarti saya anak metal.

Membuat jingle untuk HMJMIPA

Sebenarnya ini lebih cocok di bilang soundtrack bukan jingle, jadi kesannya bukan kayak jingle Indomie atau sejenisnya. Selain merasakan bagaimana caranya membuat jingle, di sini saya merasa kebersamaan dalam mengerjakan materi ini. Di tahun 2010 saya membuatnya bersama teman-teman pendidikan matematika angkatan 2008 dan selanjutnya bersama adik-adik angkatan dan ini bersamaan juga dengan kegiatan PPL, jadi cukup menguras tenaga dan menjadi kenangan manis.

Berpartisipasi dalam kontes gitar Internasional

Antara bulan Maret dan April 2013 saya mengikuti setidaknya 7 kompetisi gitar online yang di ikuti peserta dari berbagai negara. Tapi hasil menyedihkan karena tidak satu saya mendapatkan juara. Saya kecewa dan sempat tidak menyentuh gitar selama 2 minggu, akhirnya saya menyadari memang sayalah yang harus berbenah dan masih banyak yang perlu dibenahi terutama dalam teknik gitar. Ya bagaimana pun hasil itu harus di terima dengan lapang dada dan mungkin kapasitas saya belum sampai ke sana.






Menjadi guru matematika

Akhirnya setelah memperoleh gelar sarjana, saya kembali ke Kalimantan Barat dan menjadi seorang guru matematika karena memang jurusan saya sebelumnya adalah pendidikan matematika. Sekarang di tengah kesibukkan mengajar, saya tetap menyempatkan diri bermain gitar. Setelah setahun mengajarkan saya sangat merindukan masa-masa kuliah yang penuh dengan eksperimen-eksperimen gitar.

Jadi inilah perjalanan panjang saya bermain gitar, di usia yang semakin tua saya masih mencintai gitar dan bermain gitar di waktu senggang serta sebisa mungkin menyempatkan menulis di blog ini. Nah, sekian dulu tulisan saya kali ini. Silahkan sharing kalau kalau kalian juga punya pengalaman serupa.

Jadi jangan pikir saya baru belajar gitar kemarin sore ya. ^_^

Back To Top type='text/javascript'/>