Scale, apa itu scale? Bagaimana menggunakannya dalam lagu? Pertanyaan seperti ini sering sekali ditanyakan para gitaris dalam belajar memperdalam solo gitar. Saat ini scale sering dianggap sesuatu yang besar bahkan seorang gitaris yang hebat dinilai dari penguasaannya terhadap scale serta variasi teknik lainnya. Lalu pentingkah belajar scale dalam bermain gitar?
Apakah scale itu? Sebenarnya ketika anda mencari ke sana
kemari ternyata scale itu tidak jauh-jauh dari yang namanya interval atau jarak dengan
rumus tertentu. Ada ribuan variasi scale yang ada di dunia pergitaran dan tentu
tidak perlu menghafalnya satu persatu. Mengapa? Karena hanya membuat Anda
bertambah bingung. Contohnya kelompok scale Hindu Raga, Japanese Scale, Arabian Scale, Jewish, Oriental, Chinese, Balinese, Pelog, Greek, dll.
Lalu apa guna dari scale-scale itu? Scale pada dasarnya hanya
membantu Anda melakukan fingering secara benar. Scale yang dikenalkan sekarang
adalah produk instan yang sudah dikristalkan menjadi sebuah konsep musik yang
diharapkan mudah untuk dipahami. Pada kenyataannya untuk para pemula yang baru
belajar, ini membuat mereka tergantung dengan pola-pola tertentu dan mulai
membatasi kreativitas mereka.
Aku belajar secara otodidak selama beberapa tahun dan tidak
pernah tahu yang namanya scale. Belajar meniru setiap solo yang ada tanpa tahu
bagaimana teori itu dibangun dan selama itu tidak pernah memikirkan sisi
rumitnya bermusik. Semua itu berubah ketika aku mulai mengenal dan melihat
video lesson tentang scale-scale tertentu dalam solo-solo gitar dan membuat aku
menjadi bingung.
Ada perasaan takut salah, takut terdengar fals dan
sebagainya. Itulah fakta yang aku rasakan setelah aku tahu
kenyataannya. Mulai saat itu setiap memainkan solo gitar aku harus berpikir
menggunakan scale apa ya? Tujuannya tidak lain agar bisa sejalan dengan teori
yang sudah diciptakan.
Bila kita kembali melihat perjalanan musik di masa lalu,
di mana para gitaris pendahulu kita belajar gitar apakah saat itu mereka sudah
mengenal namanya scale? Siapa yang mengajari mereka? Kadang-kadang hal inilah
yang menggangguku. Tetapi setelah aku mencoba merefleksikan dan membaca
sumber yang menurut aku masuk akal, jawabannya adalah bahwa mereka sama sekali
tidak belajar scale sebelum bermain dan tanpa ada aturan baku.
Scale yang aku ketahui adalah mayor scale atau sering orang
awan mengatakannya solmisasi. Pertama kali aku melakukannya hanya dalam posisi turun naik do-re-mi-fa-sol-la-si-do
dan saat itu kelihatannya sangat keren dan tentu saja itu cenderung dilakukan
pada satu posisi sehingga kehilangan posisi lain dan menjadi terbiasa dengan
posisi itu. Celakanya lagi bila bermain hanya dengan nada dasar itu-itu saja. Ini adalah
pengalaman nyata yang aku alami dan aku pikir juga ada pada sebagian dari anda yang mengalaminya.
Lalu dengan pengetahuan scale yang beraneka ragam, aku belajar membuat sedikit demi sedikit musik yang rumit hanya untuk membuat orang berdecak kagum tapi sama sekali menikmati
apa yang sedang di tampilkan bahkan pesan musiknya pun menjadi tidak jelas, musik yang bertujuan menghibur
atau hanya memamerkan skill. Itulah yang saat ini sedang aku dalami dan renungkan.
Aku sangat mengapresiasi tulisan yang ada di www.gitargila.com. Dari sana aku mulai memahami bahwa ini adalah penjara yang selama ini mengurungku, membuatku
susah untuk membuat aransemen-aransemen baru. Karena aku merasa bahwa setiap
nada itu punya hak untuk menuntutku kalau aku menyalahi aturan tertentu. Aku
takut bahwa ketika aku bisa mengetahui semua scale-scale yang ada di dunia
kesimpulanku hanya berujung pada kebebasan untuk memainkan semua nada itu sesuka
hati. Jadi untuk apa aku mempelajari semuanya?
Lalu scale apakah yang wajib anda tahu, berikut ini kutipan dari artikel “Apa itu scale dan modes itu?” yang aku copot sedikit dari www.gitargila.com
“Anda perlu scales yang rada gelap, yang paling berguna dan dipakai oleh semua pemain handal adalah, buat warna major = Bebop Scales dgn kromatik mulai nada ke-6 maju setengah-setengah sampai balik ke-do. Untuk warna minor = Melodic Minor, yaitu major scale biasa cuman nada ke-3 diturunkan half step sebagaimana harusnya sebuah minor. Untuk warna minor kedua = Harmonic Minor dgn Mode ke-5-nya Phrygian Dominan untuk Jazz, Neo Classical Shredd atau Dang-Dut. Untuk warna Dominant = Lydian Dominan atau mode ke-4 dari Melodic Minor scale, tambah dengan nada nada kromatik maka jadilah apa yang dikenal dgn nama Lydian Chromatic, senjata semua Jazzer. Steve Vai ada disini.”
Jadi Anda bisa mengambil kesimpulan sendiri, aku tidak akan
menyimpulkannya. Aku pribadi
lebih memilih memainkan apa yang ingin dan harus dimainkan tanpa memikirkan
scale apa yang aku mainkan. Dulu ada kejadian yang menggelitik perasaanku, ketika drummerku yang
seorang siswa sekolah musik bertanya, “Tadi kamu pakai scale apa? Terdengar
asyik.” Aku hanya tersenyum karena aku tidak memikirkan scale saat aku bermain
dan aku tetap berusaha menjadi seorang yang bermain gitar bukan seorang
analisis yang harus begini harus begitu. Slash juga pernah berkata bahwa ia juga tidak akan bermain solo
melebihi porsi yang seharusnya ada dalam lagunya.
Menurutku yang terpenting adalah Anda sudah menguasai hal-hal dasar seperti penguasaan tempo, kunci dasar, fingering, teknik picking, bending serta teknik dasar lainnya anda bisa menjadi seorang maestro. Selebihnya hanya menjadikan musik Anda lebih berwarna.
Demikianlah postingan tentang Pentingkah belajar scale dalam bermain gitar.
Anda bisa membaca postingan tentang belajar mayor scale dan variasi japanese scale
Bagaimana pendapat Anda?
Anda bisa membaca postingan tentang belajar mayor scale dan variasi japanese scale
Bagaimana pendapat Anda?